Kefir grain (sumber: 123rf.com)
KEFIR NABATI (Mungkinkah)
Pengembangan produk pangan menggunakan bahan
baku kacang-kacangan telah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Kita
mengenal tempe, oncom, kecap, tahu, yang dibuat menggunakan bahan baku kedelai.
Selain keempat produk tersebut, sekarang telah dikembangkan susu dengan bahan
baku kacang kacangan atau yang dikenal dengan susu nabati, salah satunya adalah
susu kedelai. Selain bisa dikonsumsi langsung, susu kedelai bisa diolah lebih
lanjut dengan proses fermentasi. Fermentasi memiliki
berbagai manfaat, antara lain; mengawetkan produk pangan, memberi cita rasa
atau flavor terhadap produk pangan tertentu, memberikan tekstur tertentu pada
produk pangan (Misgiyarta dan Widowati, 2008). Dengan adanya perbaikan mutu produk diharapkan
daya terima konsumen terhadap produk
tersebut meningkat. Salah satu produk fermentasi yang bisa dikembangkan
menggunakan bahan baku susu nabati adalah kefir.
Kefir adalah susu fermentasi yang memiliki
rasa, warna dan konsistensi yang menyerupai yogurt dan memiliki aroma khas yeasty
(seperti tape). Kefir diperoleh melalui proses fermentasi susu menggunakan
starter berupa butir atau biji kefir (kefir grain/kefir granule),
yaitu butiran-butiran putih atau krem dari kumpulan bakteri, antara lain Streptococcus
sp., Lactobacilli sp., dan beberapa jenis ragi/ khamir nonpatogen.
Bakteri berperan menghasilkan asam laktat dan komponen flavor, sedangkan
ragi menghasilkan gas asam arang atau karbon dioksida dan sedikit alkohol.
Itulah sebabnya rasa kefir di samping asam juga sedikit ada rasa alkohol dan
soda, yang membuat rasa lebih segar, dan kombinasi karbon dioksida dan alkohol
menghasilkan buih (Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, 2007).
Manfaat kefir bagi kesehatan diantaranya
merangsang sistem imunitas tubuh, menghambat pertumbuhan sel tumor, mampu
menurunkan kadar kolesterol, menjaga keseimbangan bakteri baik didalam usus,
mengandung berbagai macam senyawa anti bakteri seperti asam laktat, asam setat,
karbon dioksida, hidrogen peroksida, etanol, dan bacteriocin (Farnworth, 2005).
Hal ini sesuai dengan penelitian Wijaningsih (2008) yang menunjukkan adanya
aktivitas anti bakteri terhadap Escherichia
coli dari kefir susu kacang hijau. Di Rusia, konsumsi kefir dianggap
penting karena kemampuan probiotik dan peranannya sebagai penunjang kesehatan.
Di negara tersebut kefir digunakan secara luas di rumah sakit dan sanatorium
sebagai makanan bagi pasien yang mengalami gangguan pencernaan,
arteriosklerosis, kelainan metabolisme seperti tekanan darah tinggi, dan
makanan bagi anak-anak kecil (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Pascapanen Pertanian, 2007).
Secara tradisional kefir
dibuat dari susu sapi, namun
dengan semakin sedikitnya ketersediaan susu hewani serta harga yang relatif
mahal, disamping itu juga harga susu kedelai lebih murah dari susu hewani (Kantor
Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi, 2000), maka perlu
dicari alternatif bahan baku dalam pembuatan kefir yaitu dengan susu nabati.
Kacang-kacangan telah digunakan sebagai bahan dasar untuk membuat susu yang
dikenal dengan susu nabati. Susu kacang-kacangan juga mengandung asam amino
sangat tinggi, hampir setara dengan kandungan protein susu hewani serta
harganya yang relatif murah, sehingga dapat digunakan sebagai bahan alternatif
pengganti susu hewani dalam fermentasi (Misgyarta, 2003).
Susu nabati terutama yang berasal dari kacang
kacangan mengandung senyawa asam hidroksi sinamat, senyawa ini bila didegradasi
oleh bakteri asam laktat dapat menghasilkan senyawa polifenol. Asam hidroksi
sinamat ini adalah salah satu polisakarida penyusun dinding sel
kacang-kacangan. Asam hidroksi sinamat ini akan mengalami dekarboksilasi oleh
enzim yang dimiliki oleh BAL yaitu enzim ferulic acid reductase dan vinyl
phenol reductase menjadi 4-vinyl phenol dan 4-vinyl
guaiacol (Gawel, 2004 dalam Kunaepah, 2008).
Senyawa polifenol
mememiliki aktivitas anti bakteri, seperti penelitian yang dilakukan oleh
Suprastiwi menunjukkan bahwa polifenol
dari teh hijau Jepang dapat menghambat pertumbuhan semua jenis bakteri Streptococcus
mutans standar strain, dan mempunyai sifat anti-mikroba.
Selain polifenol, senyawa lain yang berfungsi
sebagai anti bakteri adalah asam laktat. Adanya akumulasi asam laktat
menyebabkan penurunan pH. Asam laktat yang tinggi dan pH yang rendah (semakin
asam) mempunyai fungsi sebagai antibakteri yaitu menghambat pertumbuhan bakteri
patogen, salah satu contohnya adalah menghambat pertumbuhan E. coli yang merupakan bakteri patogen yang tumbuh optimum
pada pH 6 -7 (Surono, 2004 dalam Supriyono, 2008). Konsentrasi asam laktat
tidak selamnya dipengaruhi jumlah starter, namun dipengaruhi juga oleh jumlah
substrat yang diuraikan. Jumlah starter yang banyak namun jumlah substrat
(susu) kurang, tidak akan menghasilkan asam laktat dalam jumlah maksimal sebab
substrat yang diuraikan kurang. Untuk itu diperlukan kombinasi yang tepat
antara jumlah starter dan jumlah substrat untuk menghasilkan kadar asam laktat
yang optimal sehingga menghasilkan kefir dengan kualitas yang bagus.
Kulitas yang bagus bukan hanya terbatas pada
kulitas kimiawi saja namun juga harus enak untuk dikonsumsi. Untuk itu, agar
bisa dihasilkan kefir dengan kulitas kimiawi
dan bercitarasa enak harus ditentukan jumlah starter yang optimum terhadap jumlah substrat (susu) yang
diuraikan.
Salah satu jenis susu nabati yang umum
dikenal dikalangan masyarakat adalah susu kedelai. Bahan baku pembuatan susu
kedelai adalah kedelai yang diperoses menghasilkan sari kedelai yang umum
dikenal sebagai susu kedalai. Definisi susu kedelai menurut SNI 01-3830-1995
adalah produk yang dihasilkan dari ekstraksi biji kedelai dengan air atau
larutan tepung kedelai dalam air, dengan atau tanpa penambahan bahan makanan
lain serta bahan tambahan makanan lain yang diizinkan. Kedelai merupakan hasil
palawija nomer satu di Indonesia, selain itu kedelai juga dapat ditemukan
hampir disemua provinsi di Indonesia, kedelai juga bukan merupakan bahan
makanan pokok dan bisa digunakan sebagai makanan tambahan. Melihat kondisi
tersebut maka akan sangat cocok untuk mengembangkan kedelai sebagai substrat
bioproses sebab telah memenuhi syarat syarat suatu substrat bioproses. Kedelai
telah banyak dikembangkan sebagai makanan olahan, hasil olahan kedelai telah
banyak ditemukan yaitu tempe, oncom, kecap dan yang sekarang akan dikembangkan
yaitu susu kedelai yang akan diproses lebih lanjut menjadi kefir.
Kantor Deputi Menegristek Bidang
Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi menyebutkan
bahwa 100 g kacang kedelai mengandung protein 35% - 45%, karbohidrat18% - 32%,
lemak 12% - 30% dan air 7%. Kedelai mengandung sejumlah
senyawa anti kanker. Protein kedelai dapat digunakan untuk menggantikan
protein hewani. Selain itu juga beberapa
penelitian menunjukkan bahwa kedelai dapat menurunkan
kadar kolesterol dalam darah (Lin dan Liu, 2000).
Manfaat kedelai tersebut bisa dikembangkan
lebih jauh dengan mengembangkan produk olahannya yaitu susu kacang kedelai
menjadi kefir. Beberapa penelitian sebelumnya telah mencoba membuat kefir dari
susu nabati dengan menggunakan substrat dari susu kacang merah dan susu kacang
hijau. Untuk kacang merah konsentrasi starter yang digunakan adalah sebesar 3 %
pada suhu kamar (Kunaepah, 2008), sementara untuk kacang hijau jumlah starter
yang optimum untuk menghasilkan kefir dengan kualitas terbaik adalah 10% pada
suhu kamar (Wijaningsih, 2008). Jumlah starter yang sesuai akan menghasilkan
kefir dengan kualitas baik (baik kimiawi maupun citarasa) yang baik sehingga
selain enak untuk dikonsumsi juga memberikan manfaat bagi kesehatan.
Belum diketahui berapa konsentrasi starter
yang optimal yang digunakan pada pembuatan kefir susu kacang kedelai.
Berdasarkan penjelasan di atas akan dilakukan sebuah penelitian tentang
pengaruh perbedaan jumlah konsentrasi starter terhadap kulitas kefir susu
kacang kedelai.
Komentar
Posting Komentar