The Horse Fly (Tabanidae) (bugguide.net)
Mengenal Family Tabanidae (The Horse-Fly)
Pendahuluan
Dari sekian banyak mahluk hidup
yang menghuni bumi, 80% dipenuhi oleh serangga. Serangga dapat ditemukan di
setiap benua yang ada di bumi ini dan beberapa persen dapat ditemukan di benua
Asia terlebih lagi di wilayah Asiqa tenggara termasuk Negara Republik Indonesia
yang memiliki iklim tropis yang sangat cocok bagi perkembangan dan pertumbuhan
serangga. Serangga –serangga ini dapat hidup di darat maupun di perairan karena
serangga mampu beradaptasi dengan baik terhadap terhadap keadan lingkungan yang
selalu berubah. Serangga dapat eksis
dibumi ini lebih dari ratusan tahun yang lalu karena serangga memiliki waktu
generasi yang singkat dan berukuran sangat kecil sehingga dapat menempati ruang
dalam jumlah yang besar.
Serangga terdiri dari ribuan
jenis dan bentuk yang sangat beragam. Serangga juga dapat di temukan dari yang
berukuran mikroskopis sampai makroskopis. Dari hasil observasi tahun 2007 para
ahli serangga telah mengidentifikasi dan
telah menamakan sekitar 1 juta serangga ( LIPI,Bogor) dan masih banyak lagi
yang belum teridentifikasi yang bisa kita lihat di laboratorium LIPI maupun
museum serangga di Taman Mini Indonesia
Indah. Serangga dapat dibedakan dari mahluk hidup lainnya dari ciri
morfologinya yang khas yaitu tubuhnya beruas-ruas yang dapat dibedakan menjadi
tiga : Toraks (dada), Abdomen (perut),
kepala juga di lengkapi mata, antenna dan alat-alat mulut. Gambar belalang
dibawah ini dapat mewakili bagian tubuh dari jenis-jenis serangga lainnya.
Serangga memiliki rangka luar
eksoskeleton yang berfungsi memperkokoh tubuh dan merupakan tempat melekatnya
otot-otot. Serangga memiliki system otot yang jauh lebih kompeks dari inverteberata lainnya yang terdiri dari
beberapa ratus ribu otot. Belalang merupakan salah satu jenis serangga yang
memiliki 900 otot, ulat dan kupu-kupu 4000 otot bila dibandingkan dengan manusia yang hanya terdiri dari 800
otot.
Otot-otot serangga ini dilihat
dari strukturnya merupakan otot lurik yang dapat berkontraksi secara terbatas dan berkontraksi dengan
sangat kuat seperti otot yang menggerakan
sayap. Untuk menggerakan sayap tersebut serangga membutuhkan energi yang sangat
besar yang diperoleh dari hasil pembakaran glikogen, prolin dan lemak. Sistem
pencernaan serangga dimulai dari mulut dan sampai ke anus. Sistem pengeluaran
pada serangga berupa pembuluh Malpighi. Sistem respirasi pada serangga menggunakan
trakea. Sistem sirkulasi pada serangga melaluii pembuluh darah yang terletak
pada bagian dorsal dari dada sampai ke perut yang tersusun dari lima
pasang aorta yang sering disebut jantung
pembuluh yang ikut berperan dalam memompa cairan darah untuk di edarkan
keseluruh tubuh.
Didalam kapala terdapat sistem saraf yang terdiri dari otak diatas esophagus,
ganglion, subesofagus di hubungkan ke otak dengan dua penghubung, yaitu ada
penghubung yang mengelilingi esophagus dan ada yang menjadi saraf ventral. Serangga
berkembang biak secara seksual dan pada tahap pertumbuhannya mengalami metamorphosis.
Metamorphosis pada serangga dapat terjadi secara sempurna dan dapat juga
terjadi secara tidak sempurna yang terjadi pada jenis serangga tertentu.
Ordo Diptera
Lalat merupakan hewan
invertebrata yang termasuk dalam Filum Arthropocla, Klas Insecta, Ordo
Diphtera, dan Sub ordo Brachycera dan Cyclorapha (therms & 'James, 1961;
Gordon & Lavoipierre, 1972). Serangga yang terrnasuk Sub famili Tabaninae
dan Chrysophinae (Brachycera: Tabanidae)
mengandung banyak spesies pengisap darah manusia dan binatang. Di antaranya
yang penting adalah dari genus Tabanus, Haematopota, dan Chrysops (Gordon &
Lavoipierre, 1972). Lalat jenis ini mempunyai kebiasaan berganti-ganti hospes
dalam mencari darah, karena itu mereka berbahaya sebagai penular kuman penyebab
penyakit seperti : Bacillus enthracis, Pasteurella
tularensls, Trypanosoma evansi, T.
berberum, dan Loa loa yang masing-masing menyebabkan penyakit
anthrax, tularemia, surra, debab pada hewan ternak, dan loasis pada manusia dan
binatang.
Anggota-anggota Famili Muscidae,
Calliphoriclae, dan Oestridae (5.0 Cyclorapha) mempunyai arti penting dalam
bidang kedokteran karena di antara larvanya ada yang menyerang dan makan
jaringan hidup pada kulit, mukosa, dan organ-organ dalam, dan menimbulkan
kondisi patologis yang disebut myasis. Di antara mereka adalah: Musca domestic,' (Muscidae), Chrysomya
megachepala (Caliphoriclae), dan Dermatodia nominis. Sebagian ahli
mengelompokkan ordo Diptera kedalam Superordo Mecopteroidea karena mempunyai
kecenderungan pada alat mulut endopterygota yang terlihat pada eksopterygota,
terlihat pada urutan evolusi di bawah ini :
1. Eksopterygota
Orthopteroidea -------
Hemipteroidea primitif ------- Hemipteroidea maju
(chewing) (chewing) (sucking)
2. Endopterygota
Neuropteroidea -------
Hymenopteroidea --------- Mecopteroidea
(chewing)
(chewing) (chewing
--- sucking)
Nama umum dari ordo diptera
adalah lalat, hal ini dikarenakan anggota dari ordo ini yang paling banyak
dijumpai adalah lalat. Dengan ciri khusus sebagai berikut :
·
Hanya memiliki sepasang sayap.
- Sayap belakang mengalami modifikasi menjadi suatu struktur yang disebut halter yang berfungsi sebagai organ keseimbangan.
- Pada Diptera maju yang mempunyai pupa coartate, di bagian kepala ada yang membengkak ketika akan mulai terbang, pemunculan dari puparium, melalui sutura frontalis tepat di atas dasar-dasar antena yang disebut ptillinum.
- Bagian ini setelah dewasa lenyap, tetapi akan meninggalkan bekas, yaitu frontal suture atau ptillinal suture, yang digunakan sebagai ciri-ciri taksonomi.
- Diptera merupakan serangga yang relatif kecil, bertubuh lunak, tetapi banyak yang mempunyai kepentingan ekonomi yang besar.
- Diptera merupakan hewan penghisap darah dan beberapa merupakan pemakan zat organik yang membusuk seperti lalat rumah atau lalat hijau.
- Beberapa merupakan vektor penyakit yang penting dan menjadi hama pada beberapa tanaman budidaya.
- Lalat juga berguna sebagai pemakan zat organik yang membusuk, predator yang penting, parasit-parasit beberapa serangga hama dan ikut membantu dalam proses penyerbukan tanaman.
- Tipe mulut diptera adalah penghisap, tetapi terdapat banyak variasi dari struktur mulut didalam ordonya.
- Serangga ini mengalami metamorfosis sempurna.
- Larva sering disebut dengan belatung dan hidup pada berbagai habitat, akuatik dan semiakuatik, pada tumbuh-tumbuhan, di dalam tanah, dibawah kulit kayu dan batu-batuan.
- Imago diberbagai macam habitat, tapi tidak jauh dari habitat larvanya.
- Diptera yang dewasa makan berbagai tumbuhan dan cairan-cairan hewan, tetapi banyak sebagai penghisap darah dan predator serangga lain.
- Beberapa famili penting yang sering dijumpai adalah Asilidae, Cecidomyiidae, Culicidae dan lain-lain.
Family Tabanidae
Ordo Diptera, sub ordo Brachycera,
hanya terdapat 1 family yaitu Tabanidae. Sub ordo Brachycera memiliki antena
lebih pendek daripada toraks yang umumnya bersegmen tiga. Segmen yang terakhir
terdiri atas beberapa unit cincin yang lebih kecil. Arista, jika ada letaknya
terminal. Palpi bersegmen satu atau dua. Serangga yang terrnasuk famili
Tabanidae ini memiliki 2 sub famili terkenal yaitu Sub famili Tabaninae dan
Chrysophinae (Brachycera: Tabanidae). Kedua sub famili ini mengandung banyak
spesies pengisap darah manusia dan binatang. Di antaranya yang penting adalah
dari genus Tabanus, Haematopota, dan Chrysops (Gordon & Lavoipierre, 1972).
Lalat jenis ini mempunyai kebiasaan berganti-ganti hospes dalam mencari darah,
karena itu mereka berbahaya sebagai penular kuman penyebab penyakit seperti
: Bacillus enthracis, Pasteurella
tularensls, Trypanosoma evansi, T. berberum, dan Loa loa yang masing-masing
menyebabkan penyakit anthrax, tularemia, surra, debab pada hewan ternak, dan
loasis pada manusia dan binatang.
Lalat dewasa pada family tabanidae ini merupakan
lalat yang kuat, mempunyai mata dan kepala besar. Lalat betina adalah penghisap
darah, bagian-bagian mulutnya berperan memotong kulit dan menghisap darah yang
keluar dari luka. Lalat jantan makanannya berupa nektar. Telurnya diletakkan
berupa kelompok-kelompok pada tanaman air yang tumbuh pada permukaan air. Larva
yang baru menetas jatuh ke dalam air
atau membuat jalan ke tanah yang basah dan hidup pada siput larva serangga
dan binatang air lainnya. Fase larva, lamanya beberapa bulan atau setahun dan
periode pupa mulai dari 5 hari sampai
seminggu.
Adapun secara umum, anggota dari
kelas Tabanidae ini memiliki ciri khusus sebagai berikut :
- Sebagian besar fase larvanya akuatik, pada air yang tidak dalam, seringkali mereka bersifat predator dan beberapa fitofag.
- Serangga dewasa seperti nyamuk, betina menghisap darah, sedangkan jantan makan nektar.
- Sebagian besar spesies aktif siang hari (diurnal), reaktif terhadap tanda-tanda visual, dan tertarik pada gerakan.
- Serangga jantannya ini mempunyai mata majemuk yang sangat besar.
- Serangga ini berperan sebagai vektor penyakit tularemia dan anthraks, filariasis di Afrika.
- Dua grup yang umum dari famili ini adalah deer flies (Chrysops spp.) dan horse flies (Tabanus spp.).
Penampilan
- Lalat ini berwarna hitam sampai coklat tua dengan mata hijau atau hitam.
- Panjang lalat dewasa hingga 25 mm.
- Pejantan memiliki mata berdekatan, membedakannya dengan mudah dari lalat betina yang memiliki mata jauh terpisah.
- Gigitan lalat kuda bisa sangat menyakitkan. Tidak seperti serangga yang menusuk kulit, lalat kuda memiliki bagian mulut yang berkerja seperti pisau dan digunakan untuk menyayat kulit dengan gerakan seperti gunting.
Siklus hidup
- Telur disimpan secara massal, berkisar dari 100 hingga 1000 telur padapermukaan vertikal genangan air terjun atau dataran basah yang baik untuk perkembangan larva. Telur menetas dalam 5-7 hari.
- Serangga jenis ini tidur selama musim dingin pada masa larva dan menjadi kepompong selama musim semi dan awal musim panas.
- Siklus hidup dewasa adalah 30 hingga 60 hari.
Pola hidup
- Perkawinan terjadi di udara dan berakhir di daratan, sang betina kemudian menyimpan telurnya secara massal, terkadang dengan mengeluarkan cairan berkilauan dan pucat, hal ini berguna untuk melindungi telur dari air.
- Pejantan pada umumnya pencari serbuk sari dan madu.
- Serangga ini paling aktif saat siang hari.
- Seperti halnya dengan nyamuk, lalat betina yang bertanggung jawab untuk menggigit.
- Serangan bertubi-tubi pada peternakan dapat menurunkan bobot hewan.
Untuk lebih jelasnya, berikut
kami berikan contoh beberapa jenis spesies dari famili Tabanidae sebagai
berikut ini :
Peranan Famili Tabanidae
Tabanidae merupakan vektor
penting penyakit, ini karena lalat yang merupakan anggota dari famili ini
hinggap disegala tempat. Setelah itu, kemudian apabila hinga di makanan
manusia, atau luka hewan, akan menyebabkan berbagai macam jenis penyakit.
Seperti sebuah penelitian yang dilakukan di kabupaten Bayuwangi. Jenis-jenis
lalat penghisap darah famili Tabanidae diteliti dari tanggal 23 September 1995
sampai dengan 15 Januari 1996. Laporan ini menujukkan bahwa lalat ini merupakan penyebab penyakit Surra.
Penyakit ini menular dan dibawa oleh lalat dari famili ini yaitu lalat Tabanus
rubidus, dan lalat Tabanus megalops.
Penyakit lain yang ditimbulkan
oleh lalat dari famili tabanidae ini adalah Myiasis. Myiasis atau belatungan
adalah infestasi larva lalat ke dalam suatu jaringan hidup hewan berdarah panas
termasuk manusia. Penyakit ini sering ditemukan di negara-negara
tropis, terutama masyarakat golongan sosio-ekonomi rendah . Diantara lalat
penyebab myiasis di dunia, lalat Chrysomya bezziana mempunyai nilai medis yang penting
karena larvanya bersifat obligat parasit dan menyebabkan kerugian ekonomi
.
Beberapa kasus myiasis yang
terjadi pada manusia dan hewan di Indonesia disebabkan oleh infestasi
larva C . bezziana atau bercampur dengan Sarcophaga sp . Sulawesi,
Sumba Timur, Pulau Lombok, Sumbawa, Papua dan Jawa telah dilaporkan sebagai
daerah endemik myiasis . Kasus myiasis pada hewan sering terjadi pascapartus (myiasis
vulva) yang diikuti oleh pemotongan tali pusar anaknya (myiasis umbilikus) atau
akibat luka traumatika sedangkan pada manusia banyak dilaporkan akibat
luka-luka barn yang dibiarkan atau luka kronis seperti kusta, diabetes dan
lain-lain . Disamping itu, lubang-lubang alami tubuh seperti hidung, mata, telinga atau mulut juga dilaporkan menjadi
pintu masuk infestasi larva ini.
Gejala klinis myiasis sangat
bervariasi dan tidak spesifik tergantung pada bagian tubuh yang diinfestasi
larva, yaitu demam, inflamasi, pruritus, pusing, vertigo, pembengkakan, dan
hipereosinofilia. Kondisi tersebut dapat diperparah dengan adanya infeksi
sekunder oleh bakteri . Penanganan myiasis pada hewan cukup sederhana dibandingkan
dengan manusia yang umumnya dilakukan dengan pembedahan . Pengobatan myiasis
pada manusia dapat dilakukan secara lokal maupun sistemik .
Pengobatan sistemik dilakukan
bersama dengan pemberian antibiotik spektrum luas atau sesuai dengan kultur dan
resistensi kuman (operasi) pada bagian tubuh yang terserang. Preparat
insektisida dapat digunakan untuk pengobatan myiasis pada hewan, namon telah
dilaporkan menimbulkan resistensi . Pemakaian kloroform dan minyak turpentine dengan
perbandingan I : 4 dapat digunakan untuk pengobatan lokal . Beberapa minyak atsiri
juga telah diuji di laboratorium sebagai obat alternatif.
Tehnik Pengawetan
Serangga-serangga yang ada di
atas merupakan koleksi serangga dari Museum Zoologicu Bogoriense/Zoology
Divison, Research Center for Biology, Indonesian Institute for Sciences (LIPI),
Jl. Raya Jakarta Bogor Km. 40, Gedung Widyasatwaloka, Cibinong 16911,
Indonesia. Berdasarkan penjelasan dari pengelola laboratorium, pengawetan yang
dilakukan kepada serangga yang mereka koleksi termasuk dalam jenis awetan
kering.
Tahapan-tahapan yang dilalui
dalam pembuatan awetan kering tersebut adalah sebagai berikut :
v Serangga
yang telah ditangkap dimatikan dengan tehnik
·
Dimasukkan kedalam botol yang telah berisi racun pembunuh (etilsetat)
·
Ditekan
pada bagian toraksnya
·
Disuntik dengan alkohol 70%
·
Dicelupkan kedalam larutan aseton.
·
Tehnik
mematikan diatas tergantung dari jenis serangga yang akan dimatikan.
v Ditempel
pada kertas dengan menggunakan jarum.
v Dikerangkan
didalam lemari pemanas (oven) pada suhu 45oC selama kurang lebih satu minggu.
v Kemudian
serangga dilabeli dan disusun berdasarkan urutan yang telah ditentukan.
v Tehnik
perawatan dari serangga dilakukan dengan memasukkan serangga (yang telah dimasukkan
kedalam plastik) ke dalam ruangan dingin dengan suhu sebagai berikut :
·
Suhu -200C selama 2 hari.
·
uhu kamar selama 2 hari.
·
Suhu -200C selama 2 hari.
v Barulah
kemudian bisa disimpan diruangan koleksi dengan suhu 210C, dengan kelembaban
45-50%.
Semoga bermanfaat
Komentar
Posting Komentar