Suhu, Pemasan Global dan Sektor Perikanan

Komoditas Perikanan di Salah Satu Pelelangan Ikan Karawang (Dokumentasi Pribadi)

Pengaruh Suhu dan Pemanasan Global Pada Sektor Perikanan 


Pemansan global kini menjadi permasalahan serius yang di alamai oleh peradaban manusia, menjadi permasalahan yang kini harus dihadapi bersama oleh para pemimpin negara-negara di dunia. Bukan hanya karena dampaknya yang bisa menenggelamkan kota-kota besar (yang rata-rata berada di pinggir laut), lebih dari itu, pemanasan global bisa mengancam punahnya ikan-ikan yang berada dilautan. Prediksi terbaru menunjukkan bahwa permukaan bumi rata-rata akan menghangat setidaknya 1,5 ° C dalam beberapa abad mendatang, dengan kenaikan suhu hingga 9 ° C pada garis lintang yang lebih tinggi (IPCC 2013). Perubahan ini akan memiliki dampak signifikan pada komunitas biologis karena suhu menentukan tingkat metabolisme organisme individu. Pemanasan yang terjadi secara tidak proporsional ini bisa mempengaruhi tingkat trofik pada sistem rantai makanan. Bebarapa hasil eksperimen (yang digunakan sebagai bukti) menunjukkan bahwa  laju metabolisme akan naik lebih cepat daripada tingkat konsumsi pada lingkungan yang lebih hangat, yang mengarah pada inefisiensi energi yang pada ujungnya akan menyebabkan lebih cepat laparnya predator. Perubahan dalam kontrol top-down cenderung memiliki implikasi besar bagi struktur komunitas sehingga efek tidak langsung dari pemanasan global pada jaring makanan mungkin bahkan lebih besar daripada efek fisiologis.

Sebagai organisme ectotherms (berdarah dingin), ikan tidak dapat mengatur suhu tubuh mereka sehingga pemanasan akan secara langsung mengubah fungsi fisiologis seperti toleransi termal, pertumbuhan, metabolisme, konsumsi makanan, dan keberhasilan reproduksi. Jika peningkatan  metabolisme tidak diimbangi dengan peningkatan ketersediaan makanan atau strategi untuk memaksimalkan asupan energi, populasi cenderung menurun atau punah. Respons tingkat individu terhadap kenaikan suhu air akan ditentukan oleh posisinya dalam kurva kinerja termal serta besar dan laju perubahan suhu. Populasi yang menghuni garis lintang rendah cenderung lebih susah beradaptasi terhadap perubahan suhu, khususnya jika terjadi kenaikan suhu yang mengakibatkan berkurangnya kinerja fisiologis, penurunan kelimpahan, atau kepunahan. Sebaliknya, populasi pada garis lintang tinggi akan mengalami peningkatan produksi akibat kenaikan suhu, terutama jika produksi sumber daya juga meningkat.

Foto ini adalah salah satu desa yang terdampak dari meningkatnya permukaan air laut di salah satu daerah di pantai utara jawa. Ketinggian air bahkan bisa lebih tinggi ketika musim bulan purnama atau saat kondisi pasang tertinggi. Tampak bahwa perumahan warga ini seperti berada ditengah-tengah lautan, namun sebenarnya rumah-rumah ini berada lebih dari 1 km ari daerah pantai. Namun akibat pemanasan global, rumah-rumah tersebut kini seolah-olah menjadi rumah pantai. Itulah yang terjadi bila kita sudah tidak mau bersahabat dengan alam. 

Para ilmuwan telah memperingatkan bahwa pemanasan global akan menekan pasokan makanan dunia dalam beberapa dekade mendatang. Tetapi temuan baru - yang memisahkan efek pemanasan air dari faktor lain, seperti penangkapan ikan berlebihan - menunjukkan bahwa perubahan iklim sudah memiliki dampak serius pada sektor perikanan. Sebuah studi menemukan bahwa jumlah ikan yang dapat dipanen manusia secara berkelanjutan dari berbagai spesies akan menyusut 4,1 persen dari tahun 1930 hingga 2010, korban dari perubahan iklim yang disebabkan manusia. Menurut FAO sektor perikanan menyumbang 17 persen dari asupan protein hewani di dunia, bahkan menyumbang kontribusi 70 persen untuk orang yang tinggal di negara kepulauan. 

Salah satu sudut desa yang terendam banjir rob di Pantura (Dokumentasi Pribadi)

Kehidupan laut telah mengalami beberapa dampak perubahan iklim yang paling drastis. Lautan telah menyerap 93 persen panas yang terperangkap oleh gas rumah kaca yang dipompa manusia ke atmosfer. Sebuah studi yang diterbitkan baru-baru ini menemukan bahwa suhu laut meningkat jauh lebih cepat dari perkiraan sebelumnya. Di tengah kondisi yang berubah-ubah ini, ikan-ikan bergeser di tempat mereka hidup, untuk mencari suhu yang diinginkan. Temperatur laut yang tinggi dapat membunuh ikan itu sendiri dan sumber makanan yang mereka andalkan. Dari sekitar seperempat wilayah yang diteliti, ikan-ikan telah memperluas jangkauannya. Di lepas pantai Atlantik Amerika Serikat, tangkapan berkelanjutan dari ikan laut hitam meningkat sebesar 6 persen selama periode penelitian. Seperempat wilayah lainnya tidak melihat perubahan signifikan dalam populasi ikan, seperti Samudra Atlantik barat laut, tempat ikan hering Atlantik melimpah. Tapi setengah dari daerah tidak berjalan dengan baik. Lautan Atlantik Timur Laut - rumah bagi ikan cod Atlantik, andalan ikan dan keripik - menyaksikan penurunan 34 persen hasil tangkapan berkelanjutan.

Dikutip dari laman nationalgeographic, mereka mengukur efek pemanasan global dan Overfishing, kita bisa memulai dengan melihat data suhu dari 80 tahun terakhir dan membandingkannya dengan seberapa produktif sektor perikanan selama periode suhu yang lebih tinggi dari rata-rata. Tim tersebut mengamati 235 populasi dari 124 spesies ikan yang tersebar di 38 wilayah berbeda. Perairan yang lebih hangat dapat membuat beberapa ikan kecil mendapat tekanan,  sehingga menyebabkan metabolisme tubuhnya meningkat, hal tersebut membuat spesies tersebut lebih sulit untuk bereproduksi atau mencari makanan. Perairan yang lebih hangat juga dapat menyebabkan zooplankton, makanan ikan esensial, menurun. Dampak pada organisme yang lebih kecil kemudian memiliki dampak berjenjang pada sistem rantai makanan. 

Data mengungkapkan beberapa tren lainnya. Populasi ikan di bagian yang lebih dingin dari kisaran rata-rata cenderung lebih baik daripada yang berada di daerah yang lebih hangat - untuk ikan-ikan tersebut, mereka mendapat panas terlalu banyak. Ini sangat mengganggu para peneliti, karena data yang mereka gunakan kurang detail di daerah tropis. Kehilangan ikan di wilayah tersebut mungkin lebih tinggi daripada di wilayah yang menjadi fokus penelitian, kata Dr. Pinsky. Daerah-daerah hangat bernasib lebih buruk ketika mereka ditangkap secara berlebihan. Para peneliti menyarankan bahwa penangkapan ikan berlebihan membuat ikan lebih rentan terhadap perubahan suhu dengan merusak kemampuan mereka untuk mereproduksi dan merusak ekosistem. Mengendalikan penangkapan ikan yang berlebihan dan meningkatkan manajemen perikanan secara keseluruhan dapat membantu menjaga kesetabilan populasi ikan. Tetapi pada akhirnya, kata mereka, solusinya terletak pada memperlambat atau menghentikan perubahan iklim.


Salah satu pantai di pantai utara jawa yang mengalami abrasi (Dokumentasi Pribadi)

Dirangkum dari berbagai sumber.

IG : @muhamadfirmansyah2799
https://www.instagram.com/muhamadfirmansyah2799/
Sejong 1-Building
Daeyon 3 (sam)-Dong
Busan
Korea Selatan


Komentar