a. Pendahuluan
Ikan
adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup di air dan bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam dengan
jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Secara taksonomi, ikan tergolong kelompok paraphyletic yang hubungan kekerabatannya masih diperdebatkan; biasanya ikan dibagi
menjadi ikan tanpa rahang (kelas Agnatha, 75 spesies termasuk lamprey dan ikan
hag), ikan bertulang rawan (kelas Chondrichthyes, 800 spesies termasuk hiu dan pari), dan sisanya tergolong ikan bertulang keras (kelas Osteichthyes). Ikan dalam berbagai bahasa daerah disebut iwak (jv, bjn), jukut
(vkt). Ikan memiliki bermacam ukuran, mulai dari paus
hiu yang berukuran 14 meter (45 ft) hingga stout infantfish
yang hanya berukuran 7 mm (kira-kira 1/4 inci). Ada beberapa hewan air yang
sering dianggap sebagai "ikan", seperti ikan paus, ikan cumi dan ikan duyung, yang sebenarnya tidak tergolong sebagai ikan.
Air
sebagai lingkungan
hidup organisme air termasuk ikan relatif tidak begitu banyak mengalami
fluktuasi suhu dibandingkan dengan udara, hal ini disebabkan panas jenis air
lebih tinggi daripada udara. Artinya untuk naik 1° C, setiap satuan volume air
memerlukan sejumlah panas yang lebih banyak dari pada udara. Pada perairan
dangkal akan menunjukkan fluktuasi suhu air yang lebih besar dari pada perairan
yang dalam. Sedangkan organisme memerlukan suhu yang stabil atau fluktuasi suhu
yang rendah. Agar suhu air suatu perairan berfluktuasi rendah maka perlu adanya
penyebaran suhu. Hal tersebut tercapai secara sifat alam antara lain sebagai
berikut.
·
Penyerapan
(absorbsi) panas matahari pada bagian permukaan air.
·
Angin, sebagai penggerak permindahan massa
air.
·
Aliran
vertikal dari air itu sendiri, terjadi bila disuatu perairan (danau) terdapat
lapisan suhu air yaitu lapisan air yang bersuhu rendah akan turun mendesak
lapisan air yang bersuhu tinggi naik kepermukaan perairan.
Suhu
berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan, mulai dari telur, benih sampai
ukuran dewasa. Suhu air akan berpengaruh terhadap proses penetasan telur dan
perkembangan telur. Rentang toleransi serta suhu optimum tempat pemeliharaan
ikan berbeda untuk setiap jenis/spesies ikan, hingga stadia pertumbuhan yang
berbeda. Suhu memberikan dampak sebagai berikut terhadap ikan :
a.
Suhu
dapat mempengaruhi aktivitas makan ikan peningkatan suhu
b.
Peningkatan
aktivitas metabolisme ikan
c.
Penurunan
gas (oksigen) terlarut
d.
Efek
pada proses reproduksi ikan
e.
Suhu
ekstrim bisa menyebabkan kematian ikan. (Anonim, 2009. SITH ITB)
Kisaran suhu air
yang sangat diperlukan agar pertumbuhan ikan-ikan pada perairan tropis dapat
berlangsung berkisar antara 25° C – 32° C. Kisaran suhu tersebut biasanya
berlaku di Indonesia sebagai salah satu negara tropis sehingga sangat
menguntungkan untuk melakukan kegiatan budi daya ikan. Suhu air sangat
berpengaruh terhadap proses kimia, fisika dan biologi di dalam perairan,
sehingga dengan perubahan suhu pada suatu perairan akan mengakibatkan
berubahnya semua proses di dalam perairan. Hal ini dilihat dari peningkatan
suhu air maka kelarutan oksigen akan berkurang. Dari hasil penelitian diketahui
bahwa peningkatan 10° C suhu perairan mengakibatkan meningkatnya konsumsi
oksigen oleh organisme akuatik sekitar 2–3 kali lipat, sehingga kebutuhan
oksigen oleh organisme akuatik itu berkurang. Suhu air yang ideal bagi
organisme air yang dibudidayakan sebaiknya adalah tidak terjadi perbedaan suhu
58 yang mencolok antara siang dan malam (tidak lebih dari 5° C). Pada perairan
yang tergenang yang mempunyai kedalaman air minimal 1,5 meter biasanya akan
terjadi pelapisan (stratifikasi) suhu.
Pelapisan
ini terjadi karena suhu permukaan air lebih tinggi dibanding dengan suhu air
dibagian bawahnya. Stratifikasi suhu pada kolom air dikelompokkan menjadi tiga
yaitu pertama lapisan epilimnion yaitu lapisan sebelah atas perairan yang
hangat dengan penurunan suhu relatif kecil (dari 32° C menjadi 28° C). Lapisan
kedua disebut dengan lapisan termoklin yaitu lapisan tengah yang mempunyai
penurunan suhu sangat tajam (dari 28° C menjadi 21° C). Lapisan ketiga disebut
lapisan hipolimnion yaitu lapisan paling bawah di mana pada lapisan ini
perbedaan suhu sangat kecil relatif konstan. Stratifikasi suhu ini terjadi
karena masuknya panas dari cahaya matahari ke dalam kolom air yang
mengakibatkan terjadinya gradien suhu yang vertikal. Pada kolam yang kedalaman
airnya kurang dari 2 meter biasanya terjadi stratifikasi suhu yang tidak
stabil. Oleh karena itu, bagi para pembudidaya ikan yang melakukan kegiatan
budi daya ikan kedalaman air tidak boleh lebih dari 2 meter. Selain itu untuk
memecah stratifikasi suhu pada wadah budi daya ikan diperlukan suatu alat bantu
dengan menggunakan aerator/blower/ kincir air.
Daftar
Pustaka
Anonim,
2009. Teknologi Pengelolaan Kualitas Air Kualitas Air Dan Pengukurannya.
Tersedia online di : http://www.sith.itb.ac.id/d4_akuakultur_kultur_jaringan/bahan-kuliah/1_Teknologi_Pengelolaan_Kualitas_Air_KUALITAS_AIR_DAN_PENGUKURANNYA.pdf. Online tanggal 28
Oktober 2010.
Anonim
2. 2008. Media
Budi Daya Ikan. Tersedia online di http://smkn2sekayu.sch.id/bse/195%20Judul%20BSE%20SMK/TEKNIK%20BUDIDAYA%20IKAN%201/Bab%203.pdf. Online tanggal 28 Oktober 2010.
Komentar
Posting Komentar