Indera Khusus



INDERA KHUSUS
A. Pelaksanaan Praktikum :
Judul : Indera Khusus
Hari tanggal : Selasa, 27 April 2009.
Tempat : Laboratorium fisologi FPMIPA UPI.
B. Tujuan :
1. Menentukan daerah pengecapan berbagai rasa pada lidah manusia.
2. Menentukan jarak bintik buta dari mata, daerah bintik buta pada kertas dan titik pandangan dekat.
3. Mempelajari persepsi thermoreseptor.
C. Dasar Teori
Sistem indera adalah bagian dari sistem saraf yang berfungsi untuk proses informasi indera. Di dalam sistem indera, terdapat reseptor indera, jalur saraf, dan bagian dari otak ikut serta dalam tanggapan indera. Umumnya, sistem indera yang dikenal adalah penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan dan peraba.
Organ-organ indera merupakan satu-satunya saluran komunikasi antara dunia luar dengan system sarat pusat. Proses penginderaan dimulai pada organ-organ indera atau lebih tepatnya pada sel-sel reseptor didalam organ indera tersebut. Suatu reseptor mungkin merupakan bagian dari sel saraf aferen, misalnya ujung-ujung sel saraf dibawah kulit atau mungkin sel-sel khusus yang berhubungan baik dengan ujung peripheral sel-sel saraf aferen, misalnya sel-sel pengecap lidah.
Indera dibagi menjadi indera umum dan indera khusus. Termasuk kedalam indera umum adalah rasa sakit, sentuhan ringan (rabaan), tekanan, sensasi suhu, dan propriosepsi (sensasi posisi tubuh). Indera khusus didukung oleh reseptor yang lebih maju, meliputi pengecap, pembau, pengelihatan, pendengaran dan keseimbangan.
1. Indera Pengecap.
Pada mamalia dan vertebrata yang lain, pada lidahnya terdapat reseptor untuk rasa. Reseptor ini peka terhadap stimulus dari zat-zat kimia, sehingga disebut kemoreseptor. Reseptor tersebut adalah kuncup-kuncup pengecap. Kuncup tersebut berbentuk seperti bawang kecil atau piala dan terletak dipermukaan epitelium pada permukaan atas lidah. Kadang juga dijumpai pada langit-langit rongga mulut, faring dan laring, walaupun sedikit sekali.
Kuncup-kuncup pengecap ini ada yang tersebar dan ada pula yang berkeompok dalam tonjolan-tonjolan epitel yang disebut papila. Terdapat empat macam papila lidah:
1. Papila foliate, pada pangkal lidah bagian lateral.
2. Papila fungiformis, pada bagian anterior.
3. Papila sirkumfalata, melintang pada pangkal lidah.
4. Papila Filiformis, terdapat pada bagian posterior. Pada foliate tidak terdapat kuncup-kuncup pengecap.
Setiap kuncup pengecap terdiri dari dua macam sel, yaitu sel pengecap dan sel penunjang, pada sel pengecap terdapat silia (rambut gustatori) yang memanjang ke lubang pengecap. Zat-zat kimia dari makanan yang kita makan, mencapai kuncup pengecap melalui lubang-lubang pengecap (taste pores).
Kuncup-kuncup pengecap pada semua vertebrata mendapat persarafan dari cabang-cabang saraf kranial nomor VII, IX, dan X.
Kuncup-kuncup pengecap dapat merespon empat rasa dasar, yaitu manis, masam, asin dan pahit. Pada lidah reseptor-reseptor yang sensitif terhadap rasa manis terdapat pada ujung lidah, sedangkan untuk rasa masam terdapat pada bagian kanan dan kiri lidah. Pangkal lidah sensitif untuk rasa pahit dan bagian samping depan sensitif terhadap rasa asin.
2. Indera Pembau
Indra pembau berfungsi untuk menerima bau suatu zat terlarut dalam udara atau air. Reseptor pembau terletak pada langit-langit rongga hidung, pada bagian yang disebut epitelium olfaktori. Epitelium olfaktori terdiri dari sel-sel reseptor dan sel-sel penyokong. Sel resptor olfaktori berbentuk silindris dan mempunyai filamen-filamen seperti rambut pada permukaan bebasnya. Akson sel olfaktorius berjalan menuju bulbus olfaktorius pada sistem saraf pusat. Sel-sel olfaktorius didampingi oleh sel-sel penunjang yang berupa sebaris sel-sel epitel silindris berlapis banyak semu.
Dalam lamina propria tunika mukosa penciuman, selain terdapat banyak pembuluh darah dan saraf, ditemukan juga kelenjar-kelenjar jenis tubulo alveolar dengan sel-sel seromukosa yang dengan PAS-positif. Saluran ekskresi kelenjar ini bermuara ke epitel permukaan dan aliran ekskresinya terus-menerus membersihkan bagian apikal sel-sel penciuman. Dalam hal ini senyawa-senyawa yang merangsang rasa penciuman secara tetap disingkirkan, jadi mempertahankan reseptor-reseptor selalu dalam keadaan siap menerima stimulus yang baru.
Pembau dan pengecap saling bekerja sama, sebab rangsangan bau dari makanan dalam rongga mulut dapat mencapai rongga hidung dan diterima oleh reseptor olfaktori. Keadaan ini akan terganggu ketika kita sakit pilek, di mana hubungan antara rongga hidung dan rongga mulut terganggu, sehingga uap makann dari makanan di mulut tidak dapat mencapai rongga hidung dan makanan seakan-akan kehilangan rasanya
3. Indera Pengelihatan
Susunan indera penglihatan dalam garis besar terdiri dari:
1. Kedua mata (the eye).
2. Saraf optik, yaitu saluran saraf yang menghubungkan mata dengan otak (the visual pathway).
3. Pusat penglihatan dalam otak (visural korteks).
Disamping itu terdapat organ-organ aseseori yang penting untuk melindungi dan mempertahankan fungsi mata, yaitu kelopak mata, bulu mata, alis dan kelenjar air mata.
a. The Eye
Mata merupakan bagian indera yang fungsinya hanya terbatas pada menerima dan menyiapkan rangsang agar dapat diteruskan ke pusat-pusat penglihatan yang terletak di dalam otak. Mata merupakan organ penglihat (apparatus visual) yang bersifat peka cahaya (foto sensitif).
Bagian bola mata manusia yang bertdedah ke permukaan anterior hanya 1/6 (seper-enam) bagian saja. Sedangkan sisanya terlindung dalam orbita mata. Secara anatomi, bola mata dapat dibedakan menjadi tiga lapisan dari luar ke dalam, yaitu:
· Sklera (selaput putih)
Sklera merupakan selaput jaringan ikat yang kuat, berfungsi untuk bagian-bagian dalam bola mata dan untuk mempertahankan kekakuan bola mata.
· Kornea
Kornea merupakan selaput bening yang melapisi bagian anterior bola mata. Kornea juga merupakan jalan masuk cahaya pada mata dengan menempatkannya pada retina. Lapisan luar kornea ditutup oleh lapisan epitel yang berkesinambungan dengan epidermis yang disebut konjungtiva.
b. Lapisan Vaskular, terdiri dari:
· Koroid
Merupakan menbran tipis yang mengandung pigmen dan melapisi permukaan sebelah dalam sklera. Koroid mengandung banyak pembuluh darah yang menyalurkan nutrisi ke retina.
· Iris
Iris merupakan diafragma yang terletak diantara kornea dan mata. Pada iris terdapat dua perangkat otot polos yang tersusun sirkuler dan radial. Iris berfungsi untuk mengatur jumlah cahaya yang memasuki mata, dengan jalan membesarkan atau mengecilkan pupil, yaitu lubang yang terletak di tengah-tengah iris. Ketika mata berakomodasi untuk melihat benda yang dekat atau cahaya yang terang otot sirkuler berkontraksi sehingga pupil mengecil, begitu pula sebaliknya. Iris juga mempengaruhi warna mata seseorang, yaitu terkait dengan jumlah dan sifat pigmen yang terkandung di dalamnya.
· Lensa
Lensa mata berfungsi untuk membiaskan cahaya yang masuk dan memfokuskan cahaya pada retina. Lensa berada tepat di belakang iris dan tergantung pada ligamen suspensori. Bentuk lensa dapat berubah-ubah, diatur oleh otot siliaris. Ruang yang terletak diantara lensa mata dan retina disebut ruang viterus, berisi cairan yang lebih kental (humor viterus), yang bersama dengan humor akueus berperan dalam memelihara bentuk bola mata.
· Retina
Retina adalah bagian mata vertebrata yang peka terhadap cahaya, merupakan lapisan terdalam dari bola mata. Bagian ini berfungsi untuk menerima cahaya, mengubahnya menjadi impuls saraf dan menghantarkan impuls ke saraf optik (II). Retina tersusun atas lapisan jaringan saraf (sebelah dalam merupakan bagian visual) dan lapisan berpigmen (sebelah luar merupakan bagian non visual).
Lapisan jaringan saraf pada retina mengandung tiga daerah neuron yaitu:
· Neuron Fotoreseptor
· Neuron Bipolar
· Neuron Ganglion
Neuron fotoreseptor berfungsi untuk menerima stimulus cahaya. Neuron fotoreseptor dapat dibedakan menjadi rods (sel batang) dan cones (sel kerucut). Sel batang mengandung pigmen rodospin yang dikhususkan untuk penglihatan hitam-putih dalam cahaya redup, serta untuk membedakan gelap dan terang serta tidak dapat menghasilkan yang berwarna. Sedangkan sel kerucut mengandung pigmen iodopsin, yang dikhususkan untuk melihat benda berwarna dan dapat menghasilkan bayangan yang tajam dalam cahaya terang.
Sel kerucut terpusat pada fovea sentral, suatau lekukan kecil pada makula lutea. Makula lutea (bintik kuning) terdapat pada bagian posterior retina, bersesuaian dengan sumbu visual mata. Bayangan hanya dapat direspon oleh mata, jika jatuh pada binti kuning. Cahaya yang diterima oleh neuron-neuron fotoreseptor diubah menjadi impuls syaraf, kemudian dihantarkan ke neuron bipolar dan diteruskan ke neuron ganglion.
4. Indera Peraba
Indra peraba merupakan indera yang sederhana, umumnya tersebar pada kulit mamalia dan sedikit sekali pada vertebrata rendah. Kepekaan peraba pada manusia sangat besar, terutama di ujung jari dan bibir.
Klasifikasi reseptor antara lain berdasarkan tipe energi khusus atau kepekaan terhadap modalitas tertentu yaitu : termoreseptor (peka terhadap perubahan suhu), mekanoreseptor (peka terhadap sentuhan dan tekanan), kemoreseptor (peka terhadap perubahan kimiawi), osmoreseptor (peka terhadap perubahan tekanan osmotik).
Berdasarkan sumber rangsangan dibagi atas : ekteroreseptor, terletak pada permukaan tubuh dan berespons terhadap rangsangan eksterna atau luar, proprioreseptor, berespons terhadap perubahan posisi dan pergerakan terutama berhubungan dengan sistem musculoskeletal, dan interoreseptor, terletak pada visera/ alat dalam dan pembuluh darah.
Berdasarkan morfologi dibedakan atas : badan terakhir yang bebas/ terbuka (tanpa kapsul) yang tak berhubungan dengan tipe sel lainnya, badan akhir yang berkapsul (korpuskular) yang mengandung unsur bukan saraf di samping saraf badan akhir saraf.
Reseptor-reseptor yang terletak di alat indera peraba antara lain :
A. Ujung Saraf Bebas
Yaitu serat saraf sensorik aferen berakhir sebagai ujung akhir saraf bebas pada banyak jaringan tubuh dan merupakan reseptor sensorik utama dalam kulit. Serat akhir saraf bebas ini merupakan serat saraf yang tak bermielin, atau serat saraf bermielin berdiameter kecil, yang semua telah kehilangan pembungkusnya sebelum berakhir, dilanjutkan serat saraf terbuka yang berjalan di antara sel epidermis. Sebuah serat saraf seringkali bercabang-cabang banyak dan mungkin berjalan ke permukaan, sehingga hampir mencapai stratum korneum. Serat yang berbeda mungkin menerima perasaan raba, nyeri dan suhu. Sehubungan dengan folikel rambut, banyak cabang serat saraf yang berjalan longitudinal dan melingkari folikel rambut dalam dermis.
Beberapa saraf berhubungan dengan jaringan epitel khusus. Pada epidermis berhubungan dengan sel folikel rambut dan mukosa oral, akhir saraf membentuk badan akhir seperti lempengan (diskus atau korpuskel merkel). Badan ini merupakan sel yang berwarna gelap dengan banyak juluran sitoplasma. Seperti mekanoreseptor badan ini mendeteksi pergerakan antara keratinosit dan kemungkinan juga gerakan epidermis sehubungan dengan jaringan ikat di bawahnya. Telah dibuktikan bahwa beberapa diskus merkel merespon rangsangan getaran dan juga resepor terhadap dingin.
B. Korpuskulus Peraba (Meissner)
Korpuskulus peraba (Meissner) terletak pada papila dermis, khususnya pada ujung jari, bibir, puting dan genetalia. Bentuknya silindris, sumbu panjangnya tagak lurus permukaan kulit dan berukuran sekitar 80 mikron dan lebarnya sekitar 40 mikron. Sebuah kapsul jaringan ikat tipis menyatu dengan perinerium saraf yang menyuplai setiap korpuskel. Pada bagian tengah korpuskel terdapat setumpuk sel gepeng yang tersusun transversal. Beberapa sel saraf menyuplai setiap korpuskel dan serat saraf ini mempunyai banyak cabang mulai dari yang mengandung mielin maupun yang tak mangandung mielin. Korpuskulus ini peka terhadap sentuhan dan memungkinkan diskriminasi/ pembedaan dua titik (mampu membedakan rangsang dua titik yang letaknya berdekatan).
C. Korpuskulus Berlamel (Vater Pacini)
Korpuskulus berlamel (vater pacini) ditemukan di jaringan subkutan pada telapak tangan, telapak kaki, jari, puting, periosteum, mesenterium, tendo, ligamen dan genetalia eksterna. Bentuknya bundar atau lonjong, dan besar (panjang 2 mm, dan diameter 0,5 – 1 mm). Bentuk yang paling besar dapat dilihat dengan mata telanjang, karena bentuknya mirip bawang.
Setiap korpuskulus disuplai oleh sebuah serat bermielin yang besar dan juga telah kehilangan sarung sel schwannya pada tepi korpuskulus. Akson saraf banyak mengandung mitokondria. Akson ini dikelilingi oleh 60 lamela yang tersusun rapat (terdiri dari sel gepeng). Sel gepeng ini tersusun bilateral dengan dua alur longitudinal pada sisinya. Korpuskulus ini berfungsi untuk menerima rangsangan tekanan yang dalam.
D. Korpuskulus Gelembung (Krause)
Korpuskulus gelembung (krause) ditemukan di daerah mukokutis (bibir dan genetalia eksterna), pada dermis dan berhubungan dengan rambut. Korpuskel ini berbentuk bundar (sferis) dengan diameter sekitar 50 mikron. Mempunyai sebuah kapsula tebal yang menyatu dengan endoneurium. Di dalam korpuskulus, serat bermielin kehilangan mielin dan cabangnya tetapi tetap diselubungi dengan sel schwann. Seratnya mungkin bercabang atau berjalan spiral dan berakhir sebagai akhir saraf yang menggelembung sebagai gada. Korpuskel ini jumlahnya semakin berkurang dengan bertambahnya usia. Korpuskel ini berguna sebagai mekanoreseptor yang peka terhadap dingin.
E. Korpuskulus Ruffini
Korpuskulus ini ditemukan pada jaringan ikat termasuk dermis dan kapsula sendi. Mempunyai sebuah kapsula jaringan ikat tipis yang mengandung ujung akhir saraf yang menggelembung. Korpuskulus ini merupakan mekanoreseptor, karena mirip dengan organ tendo golgi. Korpuskulus ini terdiri dari berkas kecil serat tendo (fasikuli intrafusal) yang terbungkus dalam kapsula berlamela. Akhir saraf tak bermielin yang bebas, bercabang disekitar berkas tendonya. Korpuskulus ini terangsang oleh regangan atau kontraksi otot yang bersangkutan juga untuk menerima rangsangan panas.
5. Indera Pendengaran dan Keseimbangan
Indra pendengar dan keseimbangan terdapat di dalam telinga. Telinga manusia terdiri atas tiga bagian, yaitu : Telinga luar, yang menerima gelombang suara, Telinga tengah, dimana gelombang suara dipindahkan dari udara ke tulang dan oleh tulang ke telinga dalam, Telinga dalam, dimana getaran ini diubah menjadi impuls saraf spesifik yang berjalan melalui nervus akustikus ke susunan saraf pusat. Telinga dalam juga mengandung organ vestibuler yang berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan.
A. Telinga luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna, aurikula), saluran telinga luar (meatus akustikus eksternus) dan selaput gendang (membrane tympani), bagian telinga ini berfungsi untuk menerima dan menyalurkan getaran suara atau gelombang bunyi sehingga menyebabkan bergetarnya membran tympani. Meatus akustikus eksternus terbentang dari telinga luar sampai membrane tympani. Meatus akustikus eksternus tampak sebagai saluran yang sedikit sempit dengan dinding yang kaku. Satu per tiga luas meatus disokong oleh tulang rawan elastis dan sisanya dibentuk oleh tulang rawan temporal. Meatus dibatasi oleh kulit dengan sejumlah rambut, kelenjar Sebasea, dan sejenis kelenjar keringat yang telah mengalami modifikasi menjadi kelenjar seruminosa, yaitu kelenjar apokrin tubuler yang berkelok-kelok yang mennnghasilkan zat lemak setengah padat berwarna kecoklat-coklatan yang dinamakan serumen ( minyak telinga ). Serumen berfungsi menangkap debu dan mencegah infeksi.
Pada ujung dalam meatus akustikus eksternus terbentang membrane tympani. Dia diliputi oleh lapisan luar epidermis yang tipis dan pada permukaan dalamnya diliputi oleh epitel selapis kubus. Antara dua epitel yang melapisi terdapat jaringan ikat kuat yang terdiri atas serabut-serabut kolagen dan elastin serta fibroblast. Pada kuadran depan atas membran atas tympani tidak mengandung serabut dan lemas, membentuk membran shrapnell.
B. Telinga Tengah (kavum tympanikus)
Telinga tengah merupakan suatu rongga kecil dalam tulang pelipis (tulang temporalis) yang berisi tiga tulang pendengaran (osikula), yaitu maleus (tulang martil), inkus (tulang landasan), dan stapes (tulang sanggurdi). Ketiganya saling berhubungan melalui persendian . Tangkai maleus melekat pada permukaan dalam membran tympani, sedangkan bagian kepalanya berhubungan dengan inkus. Selanjutnya, inkus bersendian dengan stapes. Stapes berhubungan dengan membran pemisah antara telinga tengah dan telinga dalam, yang disebut fenestra ovalis (tingkap jorong/ fenestra vestibule). Di bawah fenesta ovalis terdapat tingkap bundar atau fenesta kokhlea, yang tertutup oleh membran yang disebut membran tympani sekunder.
Telinga tengah dibatasi oleh epitel selapis gepeng yang terletak pada lamina propria yang tipis yang melekat erat pada periosteum yang berdekatan. Dalam telinga tengah terdapat dua otot kecil yang melekat pada maleus dan stapes yang mempunyai fungsi konduksi suara . maleus, inkus, dan stapes diliputi oleh epitel selapis gepeng.
Telinga tengah berhubungan dengan rongga faring melalui saluran eustachius (tuba auditiva), yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan tekanan antara kedua sisi membrane tympani. Tuba auditiva akan membuka ketika mulut menganga atau ketika menelan makanan. Ketika terjadi suara yang sangat keras, membuka mulut merupakan usaha yang baik untuk mencegah pecahnya membran tympani. Karena ketika mulut terbuka, tuba auditiva membuka dan udara akan masuk melalui tuba auditiva ke telinga tengah, sehingga menghasilkan tekanan yang sama antara permukaan dalam dan permukaan luar membran tympani.
C. Telinga Dalam (labirin)
Telinga dalam merupakan struktur yang kompleks, terdiri dari serangkaian rongga-rongga tulang dan saluran membranosa yang berisi cairan. Saluran-saluran membranosa membentuk labirin membranosa dan berisi cairan endolimfe, sedangkan rongga-rongga tulang yang di dalamnya berada labirin membranosa disebut labirin tulang (labirin osseosa). Labirin tulang berisi cairan perilimfe. Rongga yang terisi perilimfe ini merupakan terusan dari rongga subarachnoid selaput otak, sehingga susunanz peri limfe mirip dengan cairan serebrospinal. Labirin membranosa dilekatkan pada periosteum oleh lembaran-lembaran jaringan ikat tipis yang mengandung pembuluh darah. Labirin membranosa sendiri tersusun terutama oleh selapis epitel gepeng dikelilingi oleh jaringan-jaringan ikat.
Labirin terdiri atas tiga saluran yang kompleks, yaitu vestibula, kokhlea (rumah siput) dan 3 buah kanalis semisirkularis (saluran setengah lingkaran). Vestibula merupakan rongga di tengah labirin, terletak di belakang kokhlea dan di depan kanalis semisirkularis. Vestibula berhubungan dengan telinga tengah melalui fenesta ovalis (fenestra vestibule). Vestibule bagian membran terdiri dari dua kantung kecil, yaitu sakulus dan utikulus. Pada sakulus dan utikulus terdapat dua struktur khusus yang disebut makula akustika, sebagai indra keseimbangan statis (orientasi tubuh terhadap tarikan gravitasi). Sel-sel reseptor dalam organ tersebut berupa sel-sel rambut, yang didampingi oleh sel-sel penunjang. Bagian atas sel tersebut tertutup oleh membran yang mengandung butir-butiran kecil kalsium karbonat (CaCO3) yang disebut otolit. Perubahan posisi kepala yang menimbulkan tarikan gravitasi, menyebabkan akan menyampaikan impuls saraf ke cabang vestibular dari saraf vestibulokokhlear yang terdapat pada bagian dasar sel-sel tersebut, yang akan meneruskan impuls saraf tersebut ke pusat keseimbangan di otak.
Kanalis semisiskularis merupakan 3 saluran bertulang yang terletak di atas belakang vestibula. Salah satu ujung dari masing-masing saluran tersebut menggembung, disebut ampula. Masing-masing ampula berhubungan dengan utrikulus. Pada ampula terdapat Krista akustika, sehingga organ indra keseimbangan dinamis (untuk mempertahankan posisi tubuh dalam melakukan respon terhadap gerakan). Seperti pada vestibula sel-sel reseptor dalam krista akustika juga berupa sel-sel rambut yang didampingi oleh sel-sel penunjang, tetapi di sini tidak terdapat otolit. Sel-sel reseptor disini distimulasi oleh gerakan endolimfe. Ketika kepala bergerak akibat terjadinya perputaran tubuh, endolimfe akan mengalir di atas sel-sel rambut. Sel-sel rambut menerima ransangan tersebut dan mengubahnya menjadi impuls saraf. Sebagai responnya, otot-otot berkonsraksi untuk mempertahankan keseimbangan tubuh pada posisi yang baru.
Kokhlea membentuk bagian anterior labirin, terletak di depan vestibula. Berbentuk seperti rumah siput, berupa saluran berbentuk spiral yang terdiri dari 2 ¾ lilitan, mengelilingi bentukan kerucut yang disebut mediolus. Penampang melintang kokhlea menunjukkan bahwa kokhlea terdiri dari tiga saluran yang berisi cairan. Tiga saluran tersebut adalah:
Saluran vestibular (skala vestibular): di sebelah atas mengandung perilimfe, berakhir pada tingkap jorong. Saluran tympani (skala tympani): di sebelah bawah mengandung perilimfe berakhir pada tingkap bulat. Saluran kokhlear (skala media): terletak di antara skala vestibular dan skala tympani, mengandung endolimfe.
Skala media dipisahkan dengan skala vestibular oleh membran vestibularis (membran reissner), dan dipisahkan dangan skala tympani oleh membran basilaris. Pada membran basilaris inilah terdapat indra pendengar, yaitu organ corti. Sel reseptor bunyi pada organ ini berupa sel rambut yang didimpingi oleh sel penunjang. Akson-akson dari sel-sel rambut menyusun diri membentuk cabang kokhlear dari saraf vestibulokokhlear (saraf kranial ke VIII) yang menghantarkan impuls saraf ke pusat pendengaran/ keseimbangan di otak.
Getaran suara dapat sampai pada organ corti melalui lintasan sebagai berikut: Getaran suara memasuki liang telinga ® Menekan membran tympani ® melintas melalui tulang-tulang pendengaran ® Menekan tingkap jorong ® Menimbulkan gelombang pada jaringan perilimfe ® Menekan membran vestibularis dan skala basilaris ® merangsang sel-sel rambut pada organ corti. Di sinilah mulai terjadi pembentukan impuls saraf.
D. Alat dan Bahan :
1. Reseptor Rasa.
- Empat buah pinggan kecil.
- Larutan cuka 33%
- Larutan NaCl 10%.
- Larutan aspirin atau kina lemah.
- Larutan gula tebu.
- Cooton but
- Peta rasa
- Kertas hisap/saring
2. Reseptor Visual.
- Penentu bitimk buta
- Penggaris panjang
- Kertas gambar
- Pasak/jarum lurus
3. Persepsi Thermoreseptor
- Gelas ukur
- Air
- Es Batu
- Pemanas Air
E. Cara Kerja :
1. Reseptor Rasa.
- Salah satu pasangan praktum diminta untuk berkumur kemudian lidah dikeringkan dengan kertas hisap.
- Mencelupkan aplikator kedalam larutan yang telah disediakan, kemudian dibuang dengan menekan pada pinggir pinggan bila kelebihan.
- Aplikator disentuhkan pada daerah ujung, sepanjang sisi, tengah, dan belakang lidah.
- Tuliskan tanda (+) bila daerah tersebut merespon rasa dari aplikator pada peta pengecapan.
- Tuliskan tanda (-) bila daerah tersebut tidak merespon rasa dari aplikator pada peta pengecapan.
- Ulangi sampai semua larutan seperti langkah kerja diatas.
2. Reseptor Visual.
a. Bintik Buta
- Dibuat penentu bitik buta seperti berikut ini :
- Ditutup mata kiri.
- Difokuskan mata pada tanda positif dan dengan perlahan gerakkan penentu bintik buta tersebut mendekati wajah (jarak awal penentu bitik buta dengan mata 20 inch).
- Diukur jarak antara alat penentu bintik buta dan mata tepat pada saat hilangnya titik hitam dari pandangan.
- Diulangi pada anggota praktikan lainnya, kemudian dibandingkan.
b. Pandangan Dekat
- Dututup satu mata dengan tangan dan difokuskan 1 mata yang lain pada jarum yang dipegang tangan dengan jarak tertentu.
- Digerakkan jarum perlahan mendekati mata hingga jarum tampak kabur.
- Diukur jarak jarum kemata setelah jarum terlihat kabur.
- Diulangi proses seperti sebelumnya, kemudian dibandingkan.
3. Persepsi Thermoreseptor
- Disediakan 3 buah beker gelas, dan diberi label A, B, C.
- Diisi beker gelas A dengan air hangat dan beker gelas B dengan air dingin yang dicampur es batu.
- Dimasukkan ujung jari tangan kedalam beker gelas A dan beker gelas B secara bersamaan dan rendamlah selama 1 menit.
- Dipindahkan jari tangan dari beker gelas A dan B dan dimasukkan kedalam beker gelas C secara bersamaan.
- Catat sensasi apa yang dirasakan.
4. Peta Bintik Buta
- Dua buah garis yang sejajar sepanjang 30 cm dibuat pada kertas polio, diberi tanda AB dan CD. Pada masing-masing titik digambar tanda titik yang agak tebal.
- Dibuat potongan kertas dengan ukuran 2x1 cm yang diberi tanda titik tebal ditengahnya.
- Tutup sebelah mata, posisi tubuh tidak boleh berubah selama praktikum dan fokuskan mata yang terbuka tersebut pada titik A. Jangan berubah.
- Posisikan potongan kertas tersebut pada titik A. Gerakkan perlahan potongan kertas sepanjang garis AB. Mata tetap fokus pada titik A.
- Bilang ‘stop’ jika titik pada potongan kertas hilang. Tandai titik hilang tersebut dengan tanda A’.
- Ulangi kegiatan tersebut dan tandai dengan tanda A”.
- Simpan potongan kertas tersebut dititik B. Lakukan yang sama dengan titik A.
- Untuk titik C dan D lakukan yang sama dengan titik A.
- Antara titik A’ dan A” diukur titik tengahnya dan tandai dengan A’”. Hal tersebut dilakukan juga pada titik B, C, dan D.
- Antara titik A’” dan B”’, juga titik C”’ dan D”” diambil titik tengahnya.
- Kemudian kedua titik tersebut dihubungkan hingga dibentuk garis sepanjang 30 cm. Diberi tanda EF.
- Ulangi kegiatan yang dilakukan pada garis AB terhadap garis EF.
- Titik A’”, B”’, C’”, D’”, E’” dan F”’ dihubungkan sehingga membentuk daerah bintik buta.
F. Hasil Pengamatan
1. Reseptor Rasa
NAMA
GAMBAR DAN KETERANGAN
Depy Afiandiningsih

Hanif M N

M Kholik F

Reni Herlina

2. Reseptor Visual
a. Bintik Buta
NAMA
JARAK BINTIK BUTA
KETERANGAN
Depy Afiandiningsih
Kanan = 11 cm
Kiri = 18 cm

Hanif M N
Kanan = 20 cm
Kiri = 16 cm

M Kholik F
Kanan = 20 cm
Kiri = 15 cm

Reni Herlina
Kanan = 8 cm
Kiri = 11,5 cm

b. Pandangan Dekat
NAMA
JARAK PANDANGAN DEKAT
KETERANGAN
Depy Afiandiningsih
Kanan = 10 cm
Kiri = 11,5 cm

Hanif M N
Kanan = 8 cm
Kiri = 7 cm

M Kholik F
Kanan = 17 cm
Kiri = 11,5 cm

Reni Herlina
Kanan = 21 cm
Kiri = 22 cm

3. Persepsi Thermoreseptor dan Pendengaran
NAMA
Thermoreseptor
Pendengaran
Depy Afiandiningsih
Tangan kiri lebih cepat bereaksi
Atas X kanan
Hanif M N
Tangan kiri lebih cepat bereaksi
Atas X depan
M Kholik F
Tangan kiri lebih cepat bereaksi
Atas X depan
Reni Herlina
Tangan kiri lebih cepat bereaksi
Depan X belakang
G. Pembahasan
Praktikum mengenai thermo reseptor menunjukkan bahwa semua praktikan pada kelompok kami lebih cepat merespon tangan yang telah dicelupkan kedalam air hangat. Itu karena perbedaan suhu antara air hangat dengan pengamatan kedua cenderung lebih tinggi daripada perlakukan dengan air biasa. Jadi ketika tangan diberikan ransangan berupa air hangat, maka reseptor suhu bekerja lebih cepat, sehingga bila dimasukkan lagi kedalam air yang memiliki suhu lebih rendah dari perlakukan air hangat maka akan meninmbulkan kesan yang lebih baik “adem” dari pada dimasukkan kedalam air hangat. Respon ini merupakan bentuk kinerja dari termoreseptor yang dimilki oleh kulit, sehingga bila termo reseptor itu di aktifkan (dengan diberikan perlakukan berupa air panas/hangat) maka akan mempercepat kerja dari reseptor tersebut, sehingga bila diberikan perlakukan lanjutan (berupa pemberian air agak dingin) maka respon yang dihasilkan akan lebih cepat terutama untuk menemukan sesuatu yang akan menyebabkannya mengalami sensasi yang lebih baik.
Pada perlakukan dengn air dingin, cenderung rasa yang dirasakan lebih lambat karena termoreseptor pada kulit lebih lambat mereapon karean sebelumnya telah terbekukan oleh perlakukan dengan air dingin. Termoreseptor pada kulit akan merespon suhu dingin yang tentunya akan mengeluarkan kalor yang dimilkiknya, sehingg suhu tangan akan lebih turun dari yang sebelumnya. Ini akan menyebabkan termoreseptor akan merespon lebih lambat dari sebelumnya.
Pada uji mengenai indera pengecap, hampir semua praktikan dapat merespon berbagai rasa yang di berikan kepada praktikan, baik itu manis, asem, asin, dan pahit. Semua menunjukkan bahwa pada lidah depan merupakan reseptor manis, bagian samping kiri kanan merupakan reseptor asem dan asin, dan bagian pangkal lidah merupakan reseptor rasa pahit. Puting pengecap pada lidah memiliki perbedaan fungsi, fungsi ini deitentukan oleh jumlah puting pengecap yang dimiliki oleh papila-papila lidah. Jenis papila lidah secara umum adalah papili sircum falata, papili fungi formes, papila filiformes, dan papila falata. Pada papila filiformes tidak memiliki puting pengecap.
Rasa manis dirasakan oleh papila fungiformes, rasa pahit dirasakan oleh papila sirkum falata, dan rasa manis dan sem dirasakan oleh papila falata. Pada saat peraktikum setiap perlakukan harus dibersihkan oleh kertas saring, tujuannya adalah agar larutan yang diuji tidak menyebar kebagian lidah yang lain sehingga rasa yang di cap oleh masing-masing bagian lidah dapat dibedakan. Larutan yang akan diuji harus ditempelkan tepat pada bagian-bagian lidah yang diuji, kemudian masing-masing peraktikan disuruh untuk mengatakan apakah terdapat rasa atau tidak pada bagian yang diteskan larutan, kemudian dibuat peta pengecap untuk masing-masing orang. Dari sini kita dapat menemukan kesimpulan bahwa pada setiap prkatikan yang melakukan pengujina, hampir semuanya memilki bentuk peta pengecap yang sama. Ini berarti bahwa lidah dari tiap peraktikan masih normal dan masih baik sehingga dapat merespon perbedaan rasa yang diujikan pada lidah mereka.
Pada praktikum indra pendengaran, dimaksudkan untuk mengetahui letak benda hanya dengan mendengarkan bunyi dari benda tersebut. Apakah benda terseput terletak diatas, di depan, dibelakang, disamping kiri atau disamping kanan. Ternyata bahwa hampir tidak ada mahasiswa yang mapu menebak secara benar dari kelima posisi benda yang ditanyakan. Hampir semuanya salah dalam menentukan letak benda yang akan ditebak posisinya. Secara umum praktikan sulit membedakan suara yang berasal dari atas mereka, belakan mereka, dan depan mereka, sehingga kesalahan yang terdeteksi biasanya pada sekitar daerah tersebut.
Kita akan mulai membahas pada daerah kiri dan kanan dimana mahasiswa dapat dengan mudah dan tepat menentukan dimana letak dari benda yang diperdengarkan. Berdasarkan analisis kami, hal tersebut karena letak benda sejajar dan tepat didepan dari indera pendengaran kita , akibatnya kita memiliki persepsi yang tepat terhadap kedudukan benda tersebut. Suara dibagian atas seolah-olah berada dibagian depan atau belakang, atau sebaliknya suara dibagian depan atau belakang seolah-olah berada dibagian atas, ini terjadi karena letak atau posisi benda tersebut tidak sejajar atau tepat dengan telinga kita sehingga suara benda yang kita dengar seolah-olah samar samar dan tak tentu letaknya. Hal ini disebabkan oleh suara yang yang ditangkap oleh indera pendengaran kita dihantarkan melalui udara, dan udara akan masuk dari sebelah kiri atau kanan, sehingga kita cenderung untuk salah menebak letak benda yang kita dengar karena suara yang kita terima sebenarnya masuk dari sebelah kanan atau kiri sehingga indera keseimbangan kita agak kesulitan dalam menetukan respon terhadap letak benda.
Hal tersbut sebenarnya bisa dilatih apabila kita terus mencoba untuk menentukan letak benda han ya dengan indera pendengaran kita, seperti pada misalnya ornag buta, dia tentu akan memiliki indera pendengaran yang tajam, karena telinganya sudah sering dilatih untuk dapat melakukan sesuatu yang lebih baik daripada yang dilakukan oleh orang dengan mata normal. Hal ini menyebabkan orang tersebut dapat menentukan letak benda hanya dengan mendengar bunyi dari benda tersebut.
H. Jawaban Pertanyaan
1. Jelaskan bagaimana jalannya impuls pada percobaan diatas sehingga anda dapat merasakan rasa manis, pahit, asam dan lain sebagainya!
Di dalam satu papila (pada permukaan lidah) terdapat banyak puting-puting pengecap (sel penyokong dan sel pengecap sebagai reseptor). Zat-zat kimia terlarut dalam cairan ludah akan mengadakan kontak dan merangsang sel-sel pengecap timbul impuls yang akan dijalarkan ke syaraf VII dan syaraf IX otak terus ke thalamus dan berakhir di daerah pengecap primer lobus parietalis untuk diinterpretasikan.
2. Apa yang dimaksud dengan bintik buta dan bintik kuning?
Bintik buta adalah discus opticus yang tidak mengandung rod dan cone sehingga cahaya yang jatuh ke discus opticus tidak akan terlihat apa-apa. Sedangkan bintik kuning adalah salah satu bagian dari retina mata (terletak tepat pada sumbu penglihatan mata) yang mengandung sel cone paling banyak.
3. Syaraf apa saja yang berhubungan dengan mekanisme penglihatan? Jelaskan!
Bayangan yang jatuh pada retina akan merangsang rod atau cone. Akson-akson sel ganglion membentuk saraf otak II kemudian impuls dijalarkan ke chiasma opticus, tractus opticus dan thalamus opticus, lalu terjadi sinaps dan impuls diteruskan ke daerah penglihatan di lobus occipitalis otak. Cortex occipital kiri akan menginterpretasi penglihatan dari benda sebelah kiri dan sebaliknya. Cortex occipital bagian atas akan menginterpretasikan penglihatan dari retina bagian bawah dan sebaliknya.
Daftar Pustaka
Iqbal, 2009. Alat Indera. Dikutip dari http://iqbalali.com/2008/11/12/indera-pendengaran-dan-keseimbangan/. Tanggal 11 mei 2010.
Anonim, 2010. Dikutip dari http://www.google.co.id/search? um=1&hl=id&q =histologi%20indera %20pengecap&ie= UTF-8&sa= N&tab=iw

Komentar

Posting Komentar